Trend Produk Sistem Informasi Perbankan
Saat ini bank ritel di Indonesia memiliki produk dan layanan:
- Tabungan
- Deposito
- Giro
- Kartu Debit
- Kartu Kredit
- Perdagangan Bank Notes, Valas, dsb (Trade Finance)
Trend Transaksi
Jenis
transaski sudah beragam baik menggunakan Kartu Debit, Kartu Kredit yang
memanfaatkan jaringan ATM atau Debit Access Transaction umumnya di
Cashier yang berlokasi di gerai, outlet tempat-tempat perbelanjaan.
Sebagai
gambaran BCA dengan 750 kantor online-nya, dilengkapi 2.100 ATM yang
mempunyai fungsionalitas memadai, dapat menghandle dengan baik 8,2 juta
nasabahnya.
Dengan
jumlah transaksi per hari 2,4 juta. Dari jumlah transksi tersebut
rata-rata 821.000 transaski dilakukan melalui ATM, dengan kata lain
tingkat pemakaian ATM-nya sebesar 3,9 kali. Sedangkan transaksi lainnya
yang sudah lazim dilakukan meliputi:
- Mengecek saldo
- Fasilitas Pembayaran: Pemindahbukuan dan Penarikan Tunai
- Fasilitas untuk menerima Pembayaran (speed collect)
- Pembukaan dan pengecekan L/C
Layanan On Line Banking
Seperti ungkapan futurolog teknologi Nicholas Negroponte;
bahwa dunia makin lama makin digital. Hal ini ditengarai oleh pesatnya
perkembangan transaksi bisnis dan kegiatan non-bisnis yang makin
beralih ke pemanfaatan komputer on-line.
Dipicu oleh perkembangan Internet, makin meningkatnya kemampuan hardware dan software
dengan kecepatan tinggi dan penyebaran komputer, makin menyadarkan
nasabah bank akan berbagai kemudahan yang didapatkan dengan
ketersediaan layanan On-line banking.
Saat ini standar layanan ritel banking kelas dunia seperti Chase Manhattan Bank, Bank Of America (BOA) bagi nasabahnya bukan saja menyediakan transakasi real-time, namun banyak lagi produk layanan berbasis on-line seperti:
- Packet S/W (Windows) gratis dan tak terbatas sebagai antisipasi memenangkan persaingan teller-less.
- Packet software keuangan (Quicken, MoneyOne, BankNow)
- Packet Entreprise Resourches Planning (ERP software) yang tentunya sangat dibutuhkan dalam mengelola bisnisnya.
Kesemua software bantuan tadi dapat diakses, berkat tersedianya portal khusus yang dimiliki oleh setiap Bank.
Perkembangan
teknologi telekomunikasi dan informatika mengarah ke konvergensi dan
dipicu oleh ketatnya kompetisi, melahirkan berbagai inovasi dan
lompatan teknologi Telematika.
Paradigma diatas sangat mempengaruhi pola dan strategi bisnis, tidak terkecuali industri perbankan. Tuntutan keragaman, kemudahan, kecepatan dan harga jasa yang sangat murah semakin cepat mengemuka.
Bagi sektor perbankan yang sangat mengutamakan unsur kepercayaan dan efisiensi serta layanan berkualitas,
perlu menata ulang bisnisnya dengan mencermati ketersediaan inovasi
teknologi serta dampaknya bagi kelangsungan dan pertumbuhan bisnisnya.
Berikut diuraikan teknologi dan dampaknya bagi perbankan
A. Internet
Merupakan
jaringan media informasi global untuk umum berkecepatan tinggi, yang
menghubungkan setiap PC dengan PC lain melalui modem.
Manajemen
operasinya diatur melalui Penyedia Jasa Internet (ISP) yang terhubung
dengan International Internet Gateway, sehingga setiap individu dengan
PC yang dilengkapi modem dapat berkomunikasi, bertukar informasi atau
hanya sebatas mencari informasi keseluruh belahan dunia.
B. Intranet
Jaringan
komunikasi intuk keperluan internal, yang mampu membuat sesama karyawan
dapat bertukar informasi dan bertukar pengetahuan ataupun media
penyampaian informasi kebijakan perusahaan pengganti majalah, bulletin
di internal perusahaannya (private network).
C. Extranet
Jaringan
komunikasi yang dibangun dari saru perusahaan ke perusahaan lainnya
untuk saling bertukar informasi, bertransaski dari dan ke supllier,
pelanggan dan pelaku bisnis lainnya.
D. World Wide Web (www)
Entitas
yang paling cepat tumbuh dalam fasilitas Internet, yang menyediakan
fasilitas dan kemudahan dalam membuka atau mengirim informasi melalui
saluran/ links “hypertext”.
Dengan
entitas ini memudahkan setiap komputer yang terhubung ke Web secara
cepat mendapat akses informasi umum dari setiap komputer lainnya di
Internet, walaupun jumlah informasinya banyak atau dari tempat yang
jauh.
E. e- commerce
Merupakan
aplikasi perdagangan yang memanfaatkan fasilitas Internet, yang
menjadikan setiap individu/ perusahaan dapat secara langsung tersambung
secara digital ke perusahaan/individu lainnya untuk melakakukan
transaksi bisnis.
Pemanfaatannya saat ini dapat dikategorikan dalam:
1. Business to Business
2. Business to Customers
Agar keduabelah pihak dapat bertransaksi secara langsung, terlebih dahulu harus dibangun 2 sistem yang terintegrasi:
1. Interactive order entry and processing
Menjamin tersedianya fasilitas bertransaksi mulai, Informasi produk dan specifikasinya (e-marketplace), Pemesanan (Placing Order), Order Processing sampai pemenuhan Order (e-fulfillment)
2. On-line payment
Fasilitas
internet yang memungkinkan pembayaran dilakukan secara on-line antara
pembeli ke Bank atau Credit Card, setelah proses order terpenuhi
persyaratannya (e-fulfillment).
Fasilitas
ini menggantikan proses dagang konvensional seperti : pesan lewat Fax,
e-mail, pembayaran dengan L/C sampai monitoring kelengkapan dokumennya.
F. e- retail
Forrester Research,
November 2000 mengatakan, penjualan ritel melalui internet akan
mencapai USD 92 juta pada 2001. Hal ini membuktikan jalur internet
telah memantapkan diri sebagai perantara penjualan dengan pertumbuhan
tercepat.
Umumnya kegiatan e-retail meliputi:
a. Pengembangan model bisnis
b. Disain situs WEB
c. Pengembangan dan manajemen kontent
d. Kemitraan dan aliansi
e. Akusisi pelanggan
f. Desain rantai persediaan
g. Model pemenuhan pelanggan (e-fulfillment)
h. Rencana skalabilitas
i. Integrasi dan eksekusi balik layar (back end)
j. Cara mempertahankan pelanggan
k. Ekonomi jangka panjang
Beberapa hal perbedaan e-retail dengan retail konvensional :
1. Kecepatan menanggapi: Lebih cepat menerima dan memproses pesanan.
2. Akses pelanggan terhadap informasi: Semakin ekstensif dan selalu up-to-date
3.
Area jual beli yang selalu berubah: pperkenalkan produk baru
berdasarkan permintaan konsumen, bukan siklus perkembangan produk
4.
Kemantapan eksekusi: selain kesediaan produk dan kemudahan pembayaran,
konsumen juga menuntut kecepatan pengiriman produk.
Ada 5 (lima) kunci pokok untuk mencapai sinkronisasi supply chain, yaitu:
1.
Kesempurnaan operasional: Perencanaan pengantaran dan menerapkan
konsekuensi perubahan atas upaya mengimplementasi kerangak peningkatan
kinerja.
2. Terobosan dengan memanfaatkan web, untuk pengurangan berlipat ganda biaya dari tiap proses.
3. Menciptakan kerjasama baru
4. Mengolola kompleksitas dalam waktu seketika
5. Mengoptimalisasi hal-hal tak terduga
Tercapainya
kelima kekuatan diatas akan sangat membantu dalam mengimplementasikan
strategi rantai persediaan, antara lain menyegmentasi berdasarkan
kebutuhan pelanggan dan merencanakan sesuai kondisi pasar serta
menyesuaikan jaringan logistik agar mencapai kesempurnaan e-retailing.
G. e- government
Sistem
informasi pemerintahan yang berbasis web dan internet protocol untuk
meningkatkan pelayanan pemerintah kepada warganya secara cepat dan
murah. Contoh aplikasinya meliputi : KTP, Pajak, Fiskal dan SIM on-line.
H. e- resourches
Suatu
bentuk Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan Pendapatan Bagi Hasil
Eksplorasi Sumber Daya Alam (SDA) yang saat ini masih diimplementasikan
dibidang kelautan, dimana Pemerintah selaku pemegang hak pengelolaan
membuat situs Internet tentang seluruh kandungan kekayaan alam,
kebijakan ekploitasi, pola bagi hasil dan tatacara pembayarannya.
Pendapatan bagi hasil dengan investor yang mengeksploitasi SDA tersebut dikelola secara on-line ke Bank.
I. LAN –sharing
Merupakan
teknologi peng-optimalasasian jaringan sehingga dapat digunakan
bersama-sama baik dalam Bank serempak dengan LAN Nasabah, dengan
pembatasan-pembatasan penggunaan fungsi, akses datanya dan menjamin
keamanan data base masing-masing pengguna.
J. Portal
Pintu
gerbang bagi pengguna Internet, sehingga memungkinkan untuk pencarian,
bertukar informasi, memperoleh informasi tertentu secara up to date
hingga melaksanakan transasksi berbasis web (e-commerce, dsb)
Kesepuluh inovasi teknologi telematika di atas merupakan satu kesatuan yang saling terintegrasi dan berdampak langsung terhadap pola bisnis dan persaingan.
Perusahaan-perusahaan
yang adaptif dalam memanfaatkan kesepuluh teknologi di atas bukan hanya
mencapai efisiensi usaha, namun juga mendapatkan banyak manfaat dalam
menata ulang usaha dan menyusun skenario pertumbuhannya, sampai
dimanfaatkan sebagai alat strategis untuk membangun berbagai keunggulan
dalam memenangkan persaingan yang cenderung semakin terbuka dan
meng-global.
Tabel
di bawah menunjukkan bagaimana kerangka rumusan solusi yang langsung
berpengaruh terhadap pola bisnis dan implementasi solusi bagi
perusahaan.
Enterprise Solutions Framework
4. Perusahaan Terextensi
|
Transaksi Pelanggan dan Penyuplai
Penjualan dan transaksi lainnya secara online
|
Komunikasi Marketing
Berhubungan dengan pemegang saham di luar
|
Pembangunan Ekosistem
Pengoperasian aliansi, pasar, kelompok yang berminat
|
Sistem untuk menghadapi pasar
Menggunakan cyberspace sebagai ruang bisnis utama
| |
EXTRANET
| |||||
3. Perusahaan Terintegrasi
|
Sistem Data dan Aplikasi perusahaan
Membangun database dan aplikasi perusahaan
|
Komunikasi seluruh perusahaan
Mendorong komunikasi fungsi-silang
|
Manajemen Pengetahuan Perusahaan
Meningkatkan
Modal intelektual dan praktek-praktek terbaik
|
Inovasi Proses Perusahaan
Merekayasa ulang proses bisnis
| |
2. Kelompok kerja terotomasi
|
Sistem Data dan Aplikasi Kelompok kerja
Membangun database dan aplikasi departemen
|
Komunikasi Kelompok kerja
Mendorong komunikasi fungsi-silang
|
Kolaborasi Kelompok Kerja
Mampu melakukan penemuan dan pembuatan keputusan secara kolektif
|
Inovasi Proses Kelompok kerja
Memperbaiki pelaksanaan dan pengendalian alur kerja
| |
INTRANET
| |||||
1. Individu yang berkompeten diberdayakan
|
Pembuatan, Akses dan Penggunaan Data
Mampu melakukan pengumpulan, pemasukan, dan akses data pemakai
|
Akses dan Otorisasi Informasi
Mampu melakukan pembuatan, akses dan distribusi informasi
|
Pelatihan, Pendidikan dan Keahlian
Mampu melakukan pembuatan, akses dan distribusi keahlian
|
Integrasi Alur kerja
Memastikan integrasi ke dalam sistem alur kerja
| |
A. DATA
|
B. INFORMASI
|
C. PENGETAHUAN
|
D. PEKERJAAN
| ||
Terstruktur
|
Tidak Terstruktur
|
Tidak Terstruktur
|
Terstruktur
| ||
SISTEM INFORMASI PERBANKAN SYARIAH
Dalam
melakukan kegiatannya perbankan syariah bekerja sama dengan bidang
teknologi informasi untuk membangun sistem informasi perbankan syariah
dengan membuat aplikasi khusus yang dapat mempermudah semua
proses-proses transaksi yang ada diperbankan syariah yang salah satunya
adalah proses transaksi jual beli salam. Dan sudah menjadi sesuatu yang
sangat relatif bila dikatakan bahwa sebuah aplikasi teknologi perbankan
syariah itu baik atau lebih baik dari aplikasi yang lain ( Zachman, John A., A framework in information systems Architecture, New York: IBM Systems Journal 26, No.23, 1999
). Tetapi seorang ahli teknologi informasi Eropa menerangkan bahwa
aplikasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan penting dan
saling berhubungan, yaitu:
a. Sifat Operasional Aplikasi ( Product Operation )
Untuk
melihat sifat operasional aplikasi, hal-hal yang diukur adalah
berhubungan dengan teknis analisis perancangan aplikasi dan
arsitekturnya. Seorang pakar Inggris bernama McCall merumuskan kualitas Product Operation sebagai berikut:
1. Correctness, yaitu s ejauh mana suatu aplikasi memenuhi spesifikasi dan objectives dari users. Dalam hal ini yang harus kita perhitungkan adalah sejauh mana pengembang internal maupun eksternal ( vendor ) dapat mengetahui kebutuhan bisnis ( business requirement
). Dalam hal ini mereka harus mengerti bahwa ada beberapa perbedaan
signifikan antara arsitektur bank konvensional dengan arsitektur bank
syariah;
2. Reliability yaitu kemampuan sebuah aplikasi melaksanakan kemampuan sesuai dengan fungsinya dan ketelitian yang akurat;
3. Efficiency yaitu seberapa besar kapasitas parameter yang mendukung modul-modul yang saling berkaitan untuk memudahkan user membuat turunan produk, interfacing antar modul serta interfacing terhadap aplikasi lain yang mungkin dihubungkan untuk mendukung suatu transaksi;
4. Integrity yaitu
sejauh mana akses ke aplikasi dan data oleh pihak yang tidak berhak
dapat dikendalikan, seberapa tinggi akurasi dan tingkat security yang dimiliki; dan
5. Usability yaitu f aktor ini menentukan sejauh mana kemudahan user mempelajari, menggunakan dan mengerti output yang dihasilkan.
b. Kemampuan aplikasi dalam menjalani perubahan ( Product Revision )
Dalam
perjalanan suatu usaha senantiasa terdapat perubahan-perubahan baik
dari sisi strategi maupun perubahan yang diakibatkan oleh regulasi.
Oleh karena itu ada beberapa faktor pokok yang harus dipertimbangkan
adalah:
1) Maintainability yaitu usaha untuk menemukan perbaikan dari kesalahan ( error ) maupun usaha untuk melakukan perubahan;
2) Flexibility yaitu usaha yang diperlukan untuk melakukan modifikasi, terutama terhadap aplikasi yang berhubungan dengan hal-hal operasional;
3) Testability yaitu usaha yang diperlukan untuk menguji atau memastikan suatu aplikasi telah sesuai dengan kebutuhan bisnis ( business requirement ), comply dengan regulasi yang ada dan lain sebagainya.
c. Daya adaptasi software terhadap lingkungan baru ( Product Transition ).
Percepatan TI semakin hari terasa semakin cepat, perubahan-perubahan terjadi mulai dari operating system yang hampir setiap tahun mengeluarkan versi baru, software pendukung, delivery channel maupun hardware yang terus dikembangkan untuk mengembangkan aplikasinya sehingga dapat beradaptasi terhadap lingkungan baru.
Delivery
channel merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam
pengembangan bisnis di masa depan, mengingat arah perbankan dunia
menuju sistem Cyber Banking (bank maya). Untuk mengantisipasi hal
tersebut maka perlu dilakukan pengujian terhadap aplikasi, apakah
aplikasi yang bersangkutan sanggup melakukan hubungan dengan aplikasi
lain dalam platform yang berbeda (Inter-operability), baik secara
langsung maupun dengan perantara perangkat lain (middleware).
Aplikasi
pembiayaan salam diperbankan syariah pada umumnya dibuat untuk
melakukan pencatatan transaksi atau produk salam itu sendiri. Serta
untuk mengolah data yang diperlukan dalam pembiayaan syariah agar
terkomputerisasi dan lebih akurat sehingga tidak akan mengalami human
error atau redudansi data. Aplikasi ini juga didukung dengan teknologi
internet agar dapat diakses secara online oleh petugas dibagian-bagian
yang bersangkutan.
Dalam
bidang pemasarannya semua lembaga perbankan syariah juga membangun
website khusus untuk melakukan proses e-banking untuk memberikan
kemudahan kepada nasabahnya dalam bertransaksi dan memperoleh informasi
tentang perbankan syariah maupun produk-produknya.
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI DALAM DUNIA PERBANKAN
Peran
teknologi dalam dunia perbankan sangatlah mutlak, dimana kemajuan suatu
sistem perbankan sudah barang tentu ditopang oleh peran teknologi
informasi. Semakin berkembang dan kompleksnya fasilitas yang diterapkan
perbankan untuk memudahkan pelayanan, itu berarti semakin beragam dan
kompleks adopsi teknologi yang dimiliki oleh suatu bank. Tidak dapat
dipungkiri, dalam setiap bidang termasuk perbankan penerapan teknologi
bertujuan selain untuk memudahkan operasional intern perusahaan, juga
bertujuan untuk semakin memudahkan pelayanan terhadap customers.
Apalagi untuk saat ini, khususnya dalam dunia perbankan hampir semua
produk yang ditawarkan kepada customers serupa, sehingga persaingan
yang terjadi dalam dunia perbankan adal ah bagaimana memberikan produk
yang serba mudah dan serba cepat.
Salah
satu bank yang paling mutakhir dengan teknologi hi-end nya adalah BCA,
dimana dengan asset teknologi mutakhir yang dimilikinya BCA mampu
menjadi leader dalam hal pelayanan e-banking. Dengan jumlah ATM
terbesar yang dimilikinya, fasilitas internet banking,dll. Padahal
ukuran kecanggihan sebuah teknologi perbankan tidak hanya dilihat dari
coverage ATM-nya semata, tapi seharusnya dilihat pada data centernya,
khususnya di aplikasi core bankingnya.
Memang
kendala yang dihadapi oleh dunia perbankan adalah kompleks dan mahalnya
teknologi informasi, karena sebagian besar teknologi ini masih disuplay
oleh vendor-vendor luar negeri. Tetapi kita lihat sekarang, banyak
vendor – vendor pribumi yang berani bersaing dalam teknologi informasi
ini. Jadi kenapa kita tidak memakai vendor-vendor pribumi untuk
menanamkan teknologi informasi tersebut dalam dunia perbankan. Hal ini
manjadi tuntutan bagi perbankan karena mau tidak mau suatu korporasi
yang mempunyai ruang lingkup kerja yang luas ditambah dengan
operasional-operasional yang sangat banyak harus ditunjang dengan suatu
teknologi untuk memudahkan, mengefisienkan dan mengefektifkan kinerja
tersebut. Apalagi dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu informasi yang
up to date bagi pihak manajemen menengah ke atas untuk
memprediksikan langkah bisnis yang akan diambil sehingga berbagai
kendala yang mungkin muncul dapat teratasi.
Sebagai
contoh, dibangunnya suatu sistem informasi Biro Kredit Nasional oleh
Bank Indonesia, hal itu dilakukan tidak lain adalah untuk
mengantisipasi resiko kredit yang mungkin muncul apabila salah seorang
debitur mengajukan pinjaman di salah satu bank padahal pinjaman di bank
lain belum lunas. Hal ini dibutuhkan kesinergian dan up to date-nya informasi antar bank sehingga hal tersebut dapat terhindarkan.
Operasional yang real time
antar bank juga telah menjadi tuntutan bagi dunia perbankan, karena hal
ini menjadi salah satu materi bagi pelayanan yang berkompetisi dalam
memasarkan produk perbankan. Pengiriman uang transfer antar bank,
outlet-outlet otomasi (ATM), hal ini menjadi patokan penilaian bagi
para nasabah umumnya dalam melakukan transaksi dalam segi pelayanan.
Jadi memang mau tidak mau bisnis perbankan harus ditunjang keefisienan
operasional jika ingin bersaing di dalam dunianya, dan hal ini harus
ditunjang dengan suatu sistem yang terintegrasi yang termuat dalam
suatu teknologi informasi.
Penerapan
suatu teknologi informasi menuntut diantaranya sumber daya manusia yang
memadai. Jika sumber daya manusia yang ada tidak menguasai teknologi
tersebut hal ini menjadi suatu pemborosan semata, karena mahalnya
teknologi yang telah dibeli jika tidak terpakai merupakan suatu hal
yang sia-sia. Oleh karena itu sebelum teknologi tersebut diterapkan,
sudah seharusnyalah kita instropeksi terhadap kemampuan korporasi,
apakah cocok teknologi tersebut diterapkan, apakah sumber daya
manusianya memadai, dan apakah teknologi tersebut mempunyai features
yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Karena penerapan
suatu sistem teknologi informasi merupakan salah satu aktivitas
investasi jangka panjang bagi korporasi. Hal ini sudah sepatutnya
menjadi hal yang diperhitungkan dalam dunia perbankan, sebagai lembaga
intermediasi bagi masyarakat, sudah seharusnya perbankan menjadi
“pelayan” yang setia dengan selalu merealisasikan bentuk-bentuk
pelayanan dengan menggunakan teknologi informasi.
Namun
masyarakat sering salah kaprah. Internet banking sering dikatakan
canggih karena memungkinkan akses perbankan dari manapun. Padahal jika
dilihat dari arsitektur sistem perbankannya, E-Banking hanyalah salah
satu channel dari banyak channel untuk transaksi perbankan semisal EDC
(electronic data capture) yang banyak terdapat di merchant belanja.
Ataupun mesin ATM itu sendiri
Mudahnya
sebuah sistem yang mengelola data hingga 140 juta customer base yang
hanya digunakan untuk pencatatan saja semisal KPU-Pemilu, tentunya
tidak lebih canggih dibandingkan BRI dengan 30 juta customer yang
menggunakan aplikasinya untuk menghitung kelipatan bunga dan kredit.
Dan tentunya tidak berarti BRI kalah canggih dengan aplikasi Bank Niaga
yang mampu dengan akses banyak channel-nya bila pelanggannya hanya
10juta.
Pengembangan
lokasi layanan perbankan saat ini nyaris sudah tidak mungkin,
penambahan produk baru juga tidak akan beranjak jauh dari inovasi
sekitar mobile-banking dan ekstensifikasi layanan private banking, yang
semula diarahkan ke nasabah-nasabah kelas kakap saja. Layanan financial
planning yang semula sangat terbatas, kini semakin marak dan
dimungkinkan dengan terbukanya peluang untuk memadukan produk-produk
asuransi, pasar-modal dan dana-pensiun ke dalam layanan perbankan.
Teknologi yang diperlukan sifatnya menjadi sangat individual dan
tergantung pada profil dan kebutuhan masing-masing nasabah. Yang
penting adalah bahwa perkembangan saat ini menunjukkan bahwa layanan
jasa-keuangan sedang bergerak ke arah konvergensi di antara keempat
jenis produk tersebut.
Lalu,
bagaimana penerapan teknologi informasi untuk kebutuhan seperti ini?
Tidak mungkin melakukan integrasi dari semua sistem aplikasi yang
terkait, karena masing-masing aplikasi hampir pasti dioperasikan oleh
perusahaan-perusahaan yang berbeda. Beberapa bank tampak mengoperasikan
service desk terpisah untuk masing-masing jenis layanan jasa keuangan.
Insurance desk misalnya, ada di sudut khusus untuk jenis layanan itu.
Capital market instruments relatip lebih mudah diintegrasikan ke dalam
layanan jasa perbankan, itupun kalau konfigurasi produknya
simpel-simpel saja. Pola ini primordial sifatnya dan sudah dilakukan
lebih dari 10 tahun yang lalu. Tantangannya adalah dukungan teknologi
perbankan di meja service representative yang dapat digunakan untuk
memadukan semua layanan jasa perbankan ini dan meraciknya secara
individual untuk para nasabah yang memerlukan.
Berbagai
kasus di atas membantu menunjukkan bahwa teknologi yang diterapkan
dengan baik memberikan competitive advantage kepada sebuah bank. Setiap
bank mempunyai akses yang sama atas teknologi yang ada, namun yang
mampu memanfaatkannya dengan benar adalah mereka yang berhasil
meraciknya ke dalam sebuah konfigurasi yang fungsional dan efisien,
yang diimplementasikan dengan seksama, yang mendukung produk dan
layanan yang ciamik serta dioperasikan dengan tepat-guna. Membeli
teknologi adalah kegiatan yang paling mudah dan tidak memerlukan
keahlian tinggi. Namun, semuanya kembali memerlukan perancangan,
penerapan teknologi yang baik, Good IT Governance, yang berdasarkan
keseuaian target korporasi dari perbankan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar